Tuesday, June 30, 2009

Memilih Sekolah Yang Tepat Bagi Anak


Memilih Sekolah Yang Tepat Bagi Anak

Romy

Kapan sebaiknya mulai mencari sekolah untuk anak? Apa pula yang harus diperhatikan dalam memilih sekolah untuk anak? Berikut kiat-kiatnya dari seorang psikolog anak.

Tak lama lagi, tahun ajaran baru akan datang. Itu berarti, saatnya bagi orangtua untuk kembali berpusing-ria memikirkan dan mencari sekolah bagi anak-anak mereka. Memilih sekolah bagi anak memang gampang-gampang susah. Orangtua harus jeli dan tahu kebutuhan anak. Salah memilih sekolah, bisa berakibat buruk, bahkan berdampak panjang.

Menurut psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan UI, Vera Itabiliana K. Hadiwidjojo, Psi., ada dua faktor terpenting yang harus diperhatikan orangtua dalam memilih sekolah bagi anaknya, yaitu kondisi dan kebutuhan anak.

"Jika anak mudah sakit, misalnya, sebaiknya pilih sekolah yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah. Atau, jika anak mempunyai hambatan bicara, sebaiknya jangan pilih sekolah bilingual yang nantinya justru akan membebani anak," katanya.

Selain kedua faktor tadi, aspek-aspek penunjang lain juga turut memengaruhi pemilihan sekolah. Misalnya kemampuan finansial orangtua.

Lantas, sejauh mana, sih, kebutuhan seorang anak masuk Kelompok Bermain (KB)? Menurut Vera, anak sebenarnya belum "wajib" bersekolah hingga usia 3 tahun. "Pasalnya, stimulasi yang dibutuhkan anak di masa usia ini sebenarnya masih dapat dipenuhi di rumah," kata Vera.

Namun, tidak setiap lingkungan rumah dapat memenuhi kebutuhan anak, dan belum tentu tahu kebutuhan anak secara tepat, apalagi jika kedua orangtua bekerja dan anak di rumah hanya bersama babysitter atau pembantu. "Nah, KB memberikan alternatif yang sangat membantu orangtua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi anak secara tepat," jelas Vera.

Bagi anak-anak yang memiliki hambatan tertentu, seperti hambatan bicara atau sosialisasi, ada baiknya'bersekolah' lebih awal. Namun, lanjutnya, tetap saja, sekali lagi, orangtua harus selektif betul dengan pilihan KB yang akan dimasuki anak. "Pastikan anak senang dan sekolah tidak membebani anak," ujar Vera.

Patut diingat, KB/ TK adalah lingkungan belajar pertama bagi anak, jadi pandangan anak tentang sekolah mulai dibentuk dari KB atau TK ini. "Apakah sekolah itu menyenangkan bagi seorang anak, bisa ditentukan dari pengalaman pertamanya ini."

Untuk level KB/TK, anak mungkin tidak dapat langsung ditanyai dan mengungkapkan pendapat dengan baik. Lagipula kemampuan kognitif mereka belum memadai untuk mempertimbangkan pilihan semacam ini dengan bijak. Kendati demikian, ujar Vera, anak tetap dapat "dimintai pendapatnya" atau dilihat kesukaaannya pada suatu sekolah dengan cara membawa anak ke semua calon sekolah yang ada, yang sebelumnya telah diseleksi dulu oleh orangtua.

"Hampir semua sekolah sekarang ini sepertinya menawarkan class trial. Orang tua sebaiknya memanfaatkan penawaran ini sebaik-baiknya sebagai suatu cara melihat sekolah mana yang disukai anak. Pilih sekolah dimana anak merasa senang dan menikmati aktivitas belajarnya," saran Vera.

AJAK DISKUSI
Seiring bertambahnya usia anak, minat atau kesukaan pada sebuah sekolah juga menentukan, khususnya di tingkat SMP dan SMA. Di sini, jelas Vera, anak sudah punya pilihan sekolah sendiri yang juga patut dipertimbangkan. Bagi anak-anak yang hendak melanjutkan ke SMP dan SMU, sebaiknya pilihan sekolah mana saja yang akan dituju, dibahas bersama anak. "Di usia ini anak sudah bisa diajak berdiskusi tentang pilihan sekolah, jauh-jauh hari sebelum ujian masuk."

Bagi yang mau masuk SMP, pembicaraan sekolah mana yang akan dituju sebaiknya sudah dilakukan sejak awal kelas 6 SD. "Jadi, usaha belajar anak lebih fokus pada SMP yang menjadi targetnya. Sementara, orangtua tinggal memantau kapan pendaftaran di sekolah bersangkutan dimulai," lanjut psikolog yang juga praktek di Klinik RMC Depok.

Sekarang ini, imbuhnya, orangtua memang harus mengikuti aturan main sekolah yang bersangkutan. Jadi, akan sangat membingungkan jika pemilihan sekolah tidak direncanakan atau tidak ditargetkan jauh-jauh hari.
Anak juga sedini mungkin sudah harus mulai diajak berdiskusi tentang sekolah pilihannya. "Ajak mereka berdiskusi pada saat mereka siap dan bisa diajak berdiskusi tentang pilihan apapun," kata Vera.
Untuk pilihan sekolah, biasanya mulai pada saat mau masuk SMP, kemudian ketika mau masuk SMA. Tidak tertutup kemungkinan anak juga sudah punya pilihan ketika mau masuk SD, "Tapi di usia ini memang orang tua yang lebih dominan menentukan."

Di usia SMP dan SMA, anak masih dalam masa remaja dimana mereka juga sedang membentuk jati diri. Nah, keleluasaan menentukan pilihan secara mandiri, termasuk pilihan sekolah, akan sangat menunjang proses ini. "Saya pernah mendapatkan kasus dimana anak mengalami kegagalan terus-menerus di sekolah sampai kuliah, karena merasa SMP-nya yang dulu adalah pilihan yang salah dan menyalahkan orangtua karena memaksanya bersekolah di sekolah itu.

Selain contoh di atas, dampak lain yang mudah terlihat adalah anak menjadi kurang bersemangat ke sekolah. Anak juga akan terus-menerus mengeluh tentang sekolahnya, sering murung sepulang sekolah, dan sebagainya. "Prestasi anak pun bisa terganggu. Pada anak, kuncinya sebenarnya mudah saja, kok. Asalkan mereka merasa senang, potensi diri mereka pun akan teraktualisasi dengan optimal," kata Vera.

SEKOLAH UNGGULAN
Bagaimana dengan sekolah unggulan atau favorit? Kebanyakan orangtua memang menginginkan anak-anak mereka masuk sekolah favorit, dengan beragam alasan. Bahkan, meski harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit sekalipun. Padahal, belum tentu sekolah favorit cocok bagi anak. Lalu, apa, sih, sisi positif dan negatif sekolah unggulan/favorit?

Sekali lagi, kata Vera, semuanya terpulang pada kondisi dan kebutuhan masing-masing anak. Sekolah favorit bisa menjadi negatif jika memang tidak sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan minat anak. Setiap sekolah unggulan biasanya memiliki standar tertentu (bukan hanya sebagai kriteria masuk, tapi juga standar dalam proses belajar seterusnya selama di sekolah itu).

"Nah, standar inilah yang patut menjadi pertimbangan orang tua dan anak, apakah sekolah itu sesuai atau tidak bagi anak," kata Vera yang juga psikolog anak di sekolah Cikal dan Pilar. Standar ini tidak hanya meliputi standar akademis, tapi juga norma sosial dalam sekolah itu seperti apa. Misalnya, apakah pergaulan di sekolah tersebut sangat eksklusif dan hanya dari golongan ekonomi tertentu saja.

Untuk level SD, SMP, dan SMA, hal semacam ini perlu dipertimbangkan, karena di sekolah, anak bukan hanya sekadar belajar di bangku kelas, melainkan juga belajar bersosialisasi.

Yang penting, saran Vera, "Mencari sekolah harus realistis, sesuaikan dengan kemampuan anak, baik akademis maupun sosialisasi. Hindari terlalu memaksakan kehendak pribadi orang tua, sehingga malah membuat anak merasa tersiksa di sekolah."

HASTO PRIANGGORO

sumber: Tabloid Nova

Sup Daging

Sup Daging

Bahan:
250 gr tetelan daging sapi, potong kecil
1,5 ltr air
2 bh wortel, potong-potong
100 gr buncis, potong-potong 2 cm
150 gr kembang kol, petiki kuntumnya
2 btg daun bawang, iris kasar
2 btg seledri, iris kasar
1 bh tomat, potong-potong
3 siung bawang putih, cincang halus
50 gr kacang polong
1/4 btr biji pala
1/2 sdt lada bubuk
1 sdt garam
1 sdm minyak goreng untuk menumis

Cara membuat:
1. Rebus tetelan daging bersama pala sampai empuk. Bila daging belum empuk dan air berkurang banyak, tambahkan air panas secukupnya.
2. Panaskan minyak goreng, tumis bawang putih sampai harum, langsung masukkan ke dalam kaldu daging, didihkan.
3. Bubuhkan lada dan garam, masukkan wortel, buncis, kembang kol, daun bawang, seledri, dan tomat, masak sampai sayuran matang.
4. Sebelum diangkat, masukkan kacang polong, didihkan sebentar, angkat.

Untuk 6 orang

Nasi Goreng Risi Bisi

Nasi Goreng Risi Bisi


Foto: Ahmad Fadillah/NOVA

Bahan:
50 gr chicken nugget
100 gr nasi putih dingin
1 btr telur, kocok lepas

30 gr green peace/ kacang polong
20 gr bawang bombai, cincang halus
10 gr garam
2 gr lada bubuk
10 gr kerupuk goreng
10 gr mentega

Cara Membuat:
1. Tumis bawang bombai sampai layu. Masukkan telur sambil diaduk hingga berbutir-butir.
2. Tambahkan nasi, aduk rata. Masukkan green peace, garam, dan lada. Aduk rata hingga bumbu meresap. Angkat.
3. Goreng chicken nugget sampai matang, sisihkan.
4. Sendokkan nasi goreng ke piring hidang, letakkan chicken nugget di atasnya. Hidangkan hangat dengan saus tomat, saus cabai, dan kerupuk.

Untuk 1 orang

Resep : BONDIES, Café and Lounge
Jl. Ampera Raya 135, Jakarta 12560, Telp.021-78847437,
Fax: 021-78847438.

Ayam Suwir Bumbu Rujak

Bahan:
500 gr dada ayam
200 ml santan kental dari 1 btr
kelapa
5 lbr daun jeruk
2 btg serai
2 cm lengkuas
2 lbr daun salam
2 sdm air asam jawa
1 sdt garam
½ sdt lada
3 sdm minyak untuk menumis
Haluskan:
10 bh bawang merah
5 siung bawang putih
10 bh cabai merah
1 sdt gula merah

Cara Membuat:
1. Rebus ayam sampai matang, tiriskan. Suwir-suwir dagingnya.
2. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, serai, lengkuas, dan daun salam sampai harum. Masukkan santan, ayam suwir, air asam, garam, dan lada masak sampai bumbu meresap dan santan mengering.
3. Angkat, sajikan ayam suwir dengan lalapan.

Pengirim :
Sri Rochyati
Alamat: Kopo Mas
Regency, Bandung

Monday, June 29, 2009

Semangat Hidup


Hal pertama yang kurasakan saat bangun di hari ini, hari H+1 dari hari ulang tahunku adalah semangat hidup yang demikian membara. Ini tentu ada alasannnya. Yang paling menjadi adalah adalah bahwa aku telah menerima banyak anugerah selama 34 tahun ini. Sehingga itu menjadi semangat yang luar biasa. Maka sebenarnya tak ada alasan untuk menjadi padam semangat hidup. Hidup sendiri dari ke hari adalah anugerah yang tiada tara yang rasanya terlalu sayang jika dilewatkan dengan hal-hal yang "negatif".

Ada banyak cerita lain yang hanya akan tersimpan dan menjadi pupuk cinta dalam hatiku.

sampai kapan dibatasi?

Sahabat Indonesia yang Super,
Josiah Gilbert Holland (1819-1881) , seorang Dokter , Wartawan dan Penyair pernah menuliskan "Tuhan memberi makanan kepada setiap burung, tetapi tidak dengan melemparkannya ke sarang mereka masing-masing ."

Burung adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna, Konon prototipe pesawat terbang yang dibuat manusia berawal dari inpirasi dan mencontoh sistem aerodinamis Burung. Jika kita perhatikan sisi lain yang menarik dari prilakunya bahwa burung akan terbang di pagi hari untuk mencari makanannya dan sore hari menjelang petang akan kembali ke sarangnya. Kesadaran naluriah bahwa jika dia tidak mencari sendiri makanannya maka kelangsungan hidupnya dapat terancam.

Inilah satu lagi bentuk upaya serius makhluk Tuhan (burung ) yang dihadirkan dihadapan kita, untuk dapat kita ambil satu pelajaran yang berharga darinya. Satu Kesadaran dalam mempertahankan hidupnya dengan mengupayakan sekuat tenaga, dengan segala cara seekor burung akan terbang Puluhan bahkan Ratusan Kilo Meter, dengan mengambil segala resiko diperjalanan bisa saja bertemu pemangsa, dan bahkan harus bersaing dengan sesama burung lainnya.

Bagaimana dengan kita? Mungkin ada sebagian orang yang terkadang masih berprilaku ibarat seperti burung dalam sangkar, berharap banyak mendapatkan makanan yang sudah ditentukan maksimal sebesar tempat wadah yang disediakan pemiliknya. Kemampuan terbang yang kita milikipun melemah dan akan hanya seluas sangkar yang kita miliki. Lalu sampai kapan membiarkan keseluruhan hidup ini menjadikan segala sesuatunya serba terbatasi.

Kita masih diingingatkan Bapak Mario bahwa : Jangan batasi kebaikan yang bisa Anda lakukan, karena itu akan membatasi kebesaran yang bisa Anda capai[MT BAS: Becoming Your Possibilities]

Upaya adalah pembaik nasib, hanya bila upaya itu baik .

c. Hidup ini bersikap ramah kepada kita yang bersungguh-sungguh untuk mencapai kemenangan, dan bersikap keras kepada mereka yang tidak terlibat secara sadar dalam prosesi kehidupan. [ MT : Fighting The Wrong Fight ]
d. Kekuatan yang sesungguhnya tidak datang dari yang kita miliki, tetapi datang dari yang kita lakukan. Tetapi janganlah hanya melakukan. Jangan hanya bekerja. Kerjakanlah sesuatu yang berguna.
Dan yang berguna itu, bukan hanya berguna untuk Anda, tetapi terutama yang berguna untuk orang lain [ MTBA – Five Star Reasons For Your Breakthroughs ]
Tetapi tindakan Anda harus dekat dengan orang lain. Memang semua bibit ledakan dari keprimaan diri dibangun dalam kesendirian pribadi kita,
dalam impian sadar dan renungan-renungan kita; tetapi peledakan keprimaan diri ini yang sebenarnya hanya bisa terjadi dalam interaksi kita dengan orang lain. Maka janganlah hindari pertemuan dengan orang lain. Yang harus Anda kelola adalah kualitas dari pertemuan-pertemuan Anda, dan nilai apa saja yang bisa Anda sampaikan kepada orang lain yang akan menjadikan Anda berhak juga untuk menerima kebaikan dari pertemuan itu. [ Mario Teguh, Wind of Change ]

Sahabat Indonesia yang Super.

Mudah-mudahan kita segera tersadarkan bahwa segala yang ada pada kita dengan segala keterbatasan apa pun yang kita miliki, dan kita punya dapat menjadikan segala sesuatunya menjadi pemicu semangat untuk meraih ke bahahagiaan, kesejahteraan dan kecemerlangan dalam hidup dan kehidupan kita agar menjadikan segala sesuatunya lebih baik , damai dan bermartabat. Amien

Muhammad

Sunday, June 28, 2009

Injil Minggu Biasa XIVB 5 Juli 2009 (Mrk 6:1-6)


Injil Minggu Biasa XIVB 5 Juli 2009 (Mrk 6:1-6)

HERAN MEREKA TIDAK PERCAYA

Dalam Mrk 6:1-6, yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XIV tahun B, diceritakan bahwa di Nazaret, di tempat asalnya sendiri, Yesus "tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun". Amat berbeda dengan bagian-bagian sebelumnya yang mengisahkan bagaimana ia meredakan angin ribut, mengusir banyak roh jahat dari orang Gerasa, menyembuhkan seorang perempuan, dan menghidupkan kembali anak Yairus. Di Nazaret pengajarannya memang dikagumi dan kabar mengenai mukjizat-mukjizatnya jadi bahan pembicaraan. Tetapi orang-orang itu tidak bisa menerima bahwa dia itu cuma salah seorang dari antara mereka sendiri. Mereka sudah mengenal latar belakang pekerjaannya dan keluarganya. Tak ada yang baru! Dan mereka "tersandung olehnya" (terjemahan LAI: "menolak dia"), demikian catat Markus.

SIAPAKAH DIA ITU?

Kemarin kami berempat makan angin di taman Biblicum di sore yang gerah sambil berbincang-bincang mengenai kisah Markus tadi.

GUS: Orang-orang di Nazaret menyebut Yesus "tukang kayu, anak Maria". Apa benar, seperti dikatakan beberapa penafsir, menyebut orang hanya dengan nama ibunya zaman itu sama dengan melecehkan?

LEO: Betul. Jadi kurang enak di telinga pendengar Inji waktu itu. Tapi begiitulah yang diperkatakan orang-orang di sana.

GUS: Tapi ada naskah tua Injil Markus yang berbunyi "Bukankah dia ini ANAK tukang kayu DAN Maria?

LEO: Maksudnya Papirus 45 dan beberapa naskah penting lain kan? Paham, di kalangan tertentu, nada merendahkan di atas dirasa keterlaluan. Maka diubah. Itulah yang terjadi dengan naskah-naskah itu.

GUS: Jadi seperti Mat 13:55. Di situ terbaca "Bukankah dia ini anak Yusuf? Bukankah ibunya bernama Maria?" Malah menurut Luk 4:22 orang-orang itu berkata, "Bukankah ia ini anak Yusuf?" Soal tadi dihilangkan.

LEO: Mrk 6:3 itu berdasarkan kesaksian orang-orang yang ingat betul peristiwanya. Soal lain yang berhubungan dengan itu ialah "tukang kayu", aslinya "tekton". Kata ini sebetulnya tidak selalu menunjuk pada tukang mebel dan pengrajin kecil, bisa juga maksudnya "ahli teknik perkayuan" atau bahkan arsitek bangunan kayu. Eh, katanya Yesuit punya lembaga pendidikan industri kayu dengan teknologi dan manajemen canggih di Semarang.

GUS: [Heran kok Leo tahu kiat Yesuit.] Bila begitu "tukang kayu, anak Maria" tak usah dipahami sebagai ungkapan yang menunjukkan Yesus itu dari kalangan sederhana?

LEO: Ehm, itu urusan kalian. Tapi "tekton" tidak menunjukkan status sosial sederhana. Lagipula masalahnya bukan status sosial. Kritikan mereka malah logikanya bisa begini: lha kan sudah punya kedudukan mapan - ahli bangunan kayu - kok sekarang jadi guru keliling, memang bagus, tapi...! Dalam hati kecil mereka ingin agar Yesus memenuhi angan-angan mereka sendiri, yakni tokoh yang memperjuangkan ideal umat Yahudi dulu. Intinya, mereka mau agar Yesus yang mereka kenal itu kini tampil sebagai Mesias menurut bayangan dan harapan politik orang waktu itu. Tapi Yesus tidak mengorbankan pengutusannya demi memuaskan angan-angan mereka. Karena itu mereka mulai tak menyukainya dan mau mendiskreditkannya!

GUS: Jadi orang-orang Nazaret kesandung dan menolak Yesus karena ia tak mau tampil sebagai Mesias politik?

LEO: Berkali-kali nanti Yesus menghindar agar tidak dianggap Mesias seperti itu. Bahkan murid-murid terdekatnya sendiri pun sering berpikir dia itu akan membangun kembali masa lampau negeri mereka.

NANDI: [Tiba-tiba menyela.] Menurut Luk 4:16-22, di rumah ibadat di Nazaret tadi Yesus mewartakan, pada hari itu terpenuhilah nubuat Yesaya (Yes 61:1-2 dan 58:6), yakni bahwa Roh Tuhan turun ke atas dirinya dan mengurapinya - menjadi Mesias yang menyampaikan Kabar Baik bagi kaum miskin. Ia menyadari dirinya diutus untuk melepaskan orang tawanan, memberi penglihatan kepada orang buta, dan membebaskan kaum tertindas, dan mewartakan datangnya tahun rahmat dari Tuhan. Bukan untuk jadi pemimpin gerakan Mesianik.

GUS: Tapi orang-orang yang takjub akan uraiannya itu akhirnya juga menolaknya

NANDI: Malah lebih seram lagi. Lukas menceritakan, mereka mau memaksanya bermukjizat dan mempertontonkan kuasanya sehingga bisa diikuti banyak orang. Tapi Yesus tetap tak mau. Mereka marah dan malah mau membantingnya ke jurang agar ia membuat mukjizat bagi diri sendiri tak mati dihempas ke jurang. Syukur ia berhasil melepaskan diri dari masa yang lupa daratan itu.

ANGIE: Benar, Yesus tidak mau dijadikan pemimpin gerakan yang punya ilmu gaib. Itu bakal mengaburkan yang dibawakannya dari atas sana.

MUKJIZAT...APA SYARATNYA?

Kami berhenti sebentar, ada yang pergi cari Fanta dingin penolak dahaga. Ada yang kirim SMS. Ada yang ambil semangka. Saya sendiri mulai berpikir, orang-orang Nazaret waktu itu mulai melihat tindakan luar biasa yang dilakukan Yesus bukan sebagai tanda kebenaran wartanya, melainkan sebagai ilmu dan kekuatan yang semestinya dimiliki pemimpin yang mereka idam-idamkan. Jadi terbalik. Mereka beranggapan, "Nah kita sudah menganut jalannya, maka ia pun akan membela dengan kekuatan luar biasa di hadapan lawan-lawan kita - kekuatan militer Romawi dan kelompok-kelompok lain. Kita akan punya Mesias yang akan memukul mundur mereka." Maka nanti ada yang menginginkan kedudukan di kanan kirinya. Tapi itu bukan ke-Mesias-an yang dihayatiya.

LEO: Yesus tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di Nazaret, ia hanya dapat menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan di atas mereka.

GUS: Perkara tidak bisa membuat mukjizat ini retorika pencerita. Kalau mau Yesus mesti bisa!

LEO: Bukan retorika! Yesus sungguh tidak bisa, dengan atau tanpa memaui. Ia sendiri heran. Gus, yang kita sebut mukjizat itu kan muncul dari respons iman terhadap kehadirannya. Kalau ada, dahsyat luar biasa dayanya! Terjadi pada orang yang mempercayainya secara tulus. Percaya pada yang dikerjakan dan dikatakan Yesus mengenai dirinya sendiri. Baru dengan demikian terjadi "dynamis" (=mukjizat) yang melampaui ukuran alam dan pikiran.

GUS: Kok penjelasannya tinggi-tinggi gitu!

LEO: Ketika di perahu bersama para murid yang ketakutan badai itu, Yesus kan mengatakan mengapa kalian tidak percaya - artinya kenapa kalian tidak betul-betul memegang yang sudah kalian temukan.

GUS: [Mulai paham.] Ah, jadi seperti perempuan yang menyentuh ujung jubahnya. Kepercayaannya membuatnya utuh kembali. Itu mukjizatnya, itu "dynamis" yang keluar dari diri Yesus!.

Yesus mengatakan, "Nak kepercayaanmu sudah menyelamatkanmu". Saya lihat Leo setuju, juga Angie dan Nandi mengangguk-angguk. Tak sering mereka bertiga akur dalam mengatakan perkara-perkara, tapi dalam hal ini mereka sama.

WARTA BAGI ORANG SEKARANG

NANDI: Yesus memakai pepatah, "nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya". Luk 4:23 malah menyebut, orang-orang di Nazaret menghendaki agar Yesus juga mengerjakan mukjizat seperti yang telah dilakukannya di Kapernaum. Mereka minta bukti mengenai kebenaran berita tentang dirinya.

LEO: Orang-orang itu minta bukti. Tapi yang ingin mereka mengerti bukan berita yang benar mengenai dirinya. Orang yang sungguh mengenalnya akan mengatakan bahwa kekuatannya terletak pada kabar yang diumumkannya, yakni Kerajaan Tuhan sudah datang. Karena itu orang diajak mengarahkan diri ke sana, lebih lebar daripada pandangan mereka sendiri.

NANDI: Benar, ada ajakan agar kita mengikuti cakrawala baru, yakni kehadiran ilahi di dunia, di dalam sesama, atau kayak Luk 4:16-19 tadi, dalam sesama yang kini masih terbelenggu kegelapan dan tak bisa bergerak - mereka itulah yang butuh diperhatikan sehingga mereka dapat ikut menerima sisi-sisi ilahi dalam hidup mereka.

GUS: Jadi buat orang sekarang yang juga sudah menjalankan agama tetap masih berlaku ajakan meluangkan batin demi kehadiran ilahi tadi?

Orang-orang Nazaret itu kehilangan kesempatan melihat siapa sebenarnya Yesus karena memenjarakan diri dengan kategori-kategori yang itu-itu juga: kesatu, merasa sudah tahu betul siapa dia, sudah tahu Kristologi komplit, dan kedua, bersikeras bahwa tugasnya ialah membangun kembali kejayaan umat di mata orang lain. Tapi justru kedua anggapan itu menyesatkan. Mereka gagal melihat siapa sebenarnya Yesus dan apa yang dibawakannya. Mereka seperti kelaparan dalam lumbung karena tidak mengenali makanan yang tersedia. Bagaimanapun juga, kehadiran Yesus tidak sia-sia. Ia tersedia bagi orang luar. Seperti perumpamaan para undangan yang menolak datang, maka kini perjamuan dibuka bagi siapa saja. Dan kita termasuk yang mendapat rezeki itu.

Yesus mengembalikan manusia pada martabatnya yang sejati. Bukan manusia yang sakit, yang tak lagi memiliki daya hidup, yang diombang-ambingkan kekuatan-kekuatan gelap, yang kehilangan arah. Ia membawa kembali mereka menjadi manusia yang utuh. Itulah mukjizatnya. Dan itulah pengutusan dari atas sana: mendekatkan sosok manusia sehingga makin cocok dengan yang diinginkan Pencipta. Dan kita sekarang boleh ambil bagian dalam pengutusannya itu. Kita bisa ikut memungkinkan "dynamis"-nya - mukjizatnya yang dapat dinikmati orang banyak!

_____

CATATAN TAMBAHAN: Orang-orang di Nazaret mengatakan bahwa mereka mengenal saudara-saudara Yesus dan menyebut nama-nama mereka: Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon (Mrk 6:3, bdk. Mat 13:55-56). Bahkan saudara-saudara perempuannya mereka kenal. Pengertian "saudara" di sini kerap diperdebatkan. Memang dalam Alkitab cakupan kata itu bukan hanya saudara sekandung, melainkan juga kerabat dekat, seperti sepupu dan misan. Jadi nama-nama yang disebut tadi tak bisa mutlak diartikan saudara sekandung Yesus, tetapi di lain tidak juga bisa diartikan bahwa tak seorang pun sekandung. Bagaimana menjernihkan hal ini? Masalah ini sebetulnya belum ada pada masa Injil ditulis. Baru timbul beberapa abad kemudian setelah keperawanan Maria semakin dirumuskan. Baik diketahui bahwa pengakuan iman yang berkenaan dengan itu terdapat dalam Syahadat Para Rasul, yakni "aku percaya...akan Yesus Kristus yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria." Lalu apakah Maria tetap perawan sampai melahirkan Yesus, tapi setelah itu? Pertanyaan seperti ini terjawab dalam penegasan turun temurun dalam Gereja mengenai Maria "tetap perawan". Kompendium (bentuk ringkas yang terbit tahun 2005) Katekismus Gereja Katolik no. 99 menjelaskannya demikian: Dalam arti mana Maria adalah "tetap Perawan"? Dalam arti ia "tetap Perawan selama mengandung Anaknya, Perawan dalam melahirkan, Perawan sewaktu mengandung, Perawan ketika jadi ibu, Perawan selama-lamanya" (St. Agustinus). Maka dari itu, apabila Injil berbicara mengenai "saudara lelaki dan perempuan Yesus" yang dimaksud adalah kerabat dekat Yesus, menurut pemakaian ungkapan itu dalam Alkitab. Demikian katekismus. Penjelasan itu bukan rumus syahadat sendiri. Katekismus menunjukkan khazanah pemahaman Gereja dan mengajarkannya kepada generasi selanjutnya. Judul katekismus itu juga menegaskan dari dan bagi siapa penjelasan itu diberikan: Gereja Katolik.

Salam hangat,
A. Gianto

Wednesday, June 24, 2009

Cara Mudah Menunjukkan Rasa Cinta


Cara Mudah Menunjukkan Rasa Cinta

Tak perlu melakukan hal yang muluk-muluk, beberapa cara sederhana berikut
ini bisa Anda praktikkan untuk membuat pasangan tersenyum dan merasakan
betapa Anda mencintainya.

*Sentuh lengannya*

Ada banyak cara untuk mengisyaratkan rasa sayang, misalnya dengan
menunjukkan ketertarikan Anda terhadap semua pembicaraannya. Ada satu hal
yang tak boleh Anda lewatkan: kontak fisik. Menyentuh lengannya saat Anda
berdua sedang saling berbicara, akan membuatnya sangat bahagia.

*
Kirim pesan singkat*

Kirimi ia SMS atau MMS di siang hari saat jam makan siang. Bukan SMS dengan
nada 'menggoda', melainkan cukup pesan singkat untuk menunjukkan perhatian.
Pesan cinta sederhana seperti "i love you" juga bisa sedikit mencairkan
suasana di tengah kesibukannya.

*Pompa egonya*

Para pria paling suka memimpin, juga sangat senang bila diminta menjelaskan
sesuatu hal yang benar-benar dikuasainya. Untuk menyenangkan hatinya,
tanyakan hal-hal yang berhubungan dengan hobinya, seperti sepakbola,
memancing, balap mobil Formula 1, fotografi, dan lain sebagainya. Pastikan
untuk terlihat betul-betul tertarik, dan sesekali menganggukkan kepala
ketika ia memberikan penjelasan.

*
Berikan pujian yang spesifik*

Pujian, apapun bentuknya, akan membuat dia senang. Terlebih bila pujian
disampaikan secara spesifik, yang menunjukkan betapa Anda mengenalnya dengan
baik. Misalnya, katakan bahwa Anda sangat menyukai ekspresi wajahnya saat
sedang serius berkonsentrasi menulis di depan komputer.

*Tulis surat cinta*

Menulis surat cinta untuk pasangan bukan hal yang memalukan, meski hasilnya
tak terlalu istimewa karena Anda tak pandai merangkai kata. Hal yang
terpenting adalah, pesan bahwa Anda sangat mencintainya telah tersampaikan
dengan baik.

Memaknai Hari Ulang Tahun

"Dan kelak, yang paling penting, bukan berapa lama tahun yang kamu
lewati. Tetapi, bagaimana kamu menjalani kehidupanmu sepanjang tahun-
tahun tersebut."
-- Abraham Lincoln, mantan Presiden Amerika Serikat

APA yang akan Anda lakukan kalau tiba-tiba dokter memvonis hidup
kita tak akan lama lagi? Biar pun si dokter itu bukan Tuhan yang
bisa menentukan kapan saja hidup kita berakhir, tetap saja kita akan
gemetar. Lutut mungkin langsung terasa copot. Hati menjadi ciut.
Pikiran pun menjadi mengkeret. Dan, tak akan ada lagi, boro-boro
tahun depan, bulan depan pun mungkin sudah tak ada.

Mungkin boleh juga kita kupas cerita tentang Burt Simpson. Dia ini
polisi asal Seattle, Amerika Serikat. Nah, menurut dokter setelah
memeriksa hasil laboratorium yang rutin Simpson lakukan, hidup
Simpson diramal tak lebih dari dua minggu lagi. Simpson tentu saja
terkejut. Awalnya, dalam tugas sehari-hari, Simpson sangat takut
bila tertembak penjahat. Tapi kemudian malah berubah menjadi berani,
bahkan boleh dibilang nekat. Simpson malah mencari-cari risiko
berhadapan dengan maut. Sebab dalam otaknya, dia akan mati kapan
saja. Buat apa harus hati-hati lagi. Kalaupun ia harus mati dalam
tugas, keluarganya akan dijamin dengan tunjangan oleh negara. Tapi
kalau ia mati secara alami, negara tak bisa memberikan apa-apa
selain lencana. Begitu pikirannya. Eh, ternyata semua itu palsu.
Vonis dokter yang mengatakan gara-gara penyakit anehnya akan membuat
dia mati, tak berbuah hasil. Peluru pun malah tak mau mampir di
tubuhnya. Dua minggu telah lewat, bukan hanya Simpson yang masih
segar bugar, tapi juga koleksi para penjahat yang ia tangkap untuk
dikirim ke hotel prodeo.

Apa yang dialami Simpson memang hanya ada di film 'Short Time'. Film
komedi keluaran tahun 1990 ini menampilkan aktor kawakan Dabney
Coleman sebagai Detektif Burt Simpson. Kita memang tidak perlu
bersikap dan bertindak seperti Simpson, nekat dan selalu siap dalam
menantang maut. Pelajaran sederhana yang dapat diambil dalam film
tersebut ialah bila kita selalu mengingat akan mati, bisa jadi kita
akan selalu terus berbuat baik.

Kita memang baru saja merayakan ulang tahun kemerdekaan bangsa ini.
Tradisi memperingati hari ulang tahun, memang berlaku untuk siapa
saja. Tak hanya berlaku bagi setiap individu, tapi juga bagi suatu
negara. Ulang tahun, merupakan contoh bagaimana kita memperingati
suatu hari bersejarah dalam hidup kita. Oleh karena itu, setiap
tahun pun biasanya kita selalu merayakannya. Mungkin secara
sederhana, dengan mengajak makan bersama dengan keluarga atau
kolega. Atau yang lebih wah, mengajak para teman dan handai taulan
untuk pesta semalam suntuk.

Pertanyannya adalah makna apa yang sesungguhnya dapat diambil dalam
setiap ulang tahun yang kita peringati? Yang pasti, dengan
bertambahnya angka secara denominasi, tetapi justeru usia makin
berkurang. Dengan usia yang makin berkurang, artinya kita malah
makin mendekat kepada kematian itu sendiri.

Dalam suatu acara seminar, salah seorang politisi Partai Golkar,
Yusuf Sukardi, menjelaskan lima arti penting dalam memperingati hal
yang bersejarah dalam kehidupan kita. Pertama, peringatan harus
merupakan cermin atau neraca perjalanan kehidupan. Artinya, dengan
peringatan itu, kita dapat mengambil hikmah atas segala hal yang
kita perbuat di masa yang telah lalu. Kedua, sebagai pembangkit
motivasi. Suatu peringatan harus dapat memotivasi agar berbuat lebih
baik dan lebih baik lagi, serta tidak terjebak pada kesulitan yang
terjadi di masa lampau. Ketiga, sebagai alat untuk melakukan
introspeksi diri. Keempat, suatu peringatan harus dapat dijadikan
titik awal penyusunan rencana selanjutnya yang lebih baik. Dan
terakhir, yang paling penting, yaitu memaknai kehidupan hari esok
yang lebih baik.

Betul, seandainya kita dapat memaknai hidup ini dengan lebih baik,
tentu saja kita akan merasa bahwa waktu yang diberikan kepada kita
dirasakan pendek. Kita tentu akan berusaha untuk selalu terus
berbuat baik.

Itulah yang dialami oleh seorang Gitta Sessa Wanda Cantika. Walau ia
harus mati di usia muda, tapi Gitta tahu, bagaimana ia memaknai
hidup ini dengan penuh arti. Gitta Sessa Wanda Cantika, adalah
mantan artis cilik di tahun 1999. Ia dinyatakan terkena penyakit
kanker ganas yang hanya membutuhkan waktu lima hari untuk
berkembang. Gitta pun pasrah melewatkan hidupnya dengan kanker ganas
yang mengenai wajahnya, hingga akhirnya menyentuh paru parunya.

Tapi dia tetap tegar dan tanpa mengeluh sedikitpun. Hebatnya dari
gadis ini, ia tetap ingin menuntut ilmu walau dalam keadaan seperti
itu. Ejekan dari orang yang melihatnya tidak ia hiraukan. Di saat
ujian kenaikan kelas, tangannya tak mampu lagi bergerak, hingga
hidungnya mengeluarkan darah mimisan. Tapi Gitta tetap terus
bertahan hingga ujian berakhir, dan dinyatakan lulus naik kelas.
Tekadnya yang membaja terdengar ke Ibu Presiden Megawati, hingga
akhirnya Presiden memberikan penghargaaan khusus padanya sebagai
siswa teladan.

Umur Gitta mungkin dirasakan singkat baginya. Tapi sesungguhnya ia
menjalani hidupnya dengan penuh makna. Kualitas hidup seseorang
memang tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup. Tapi justeru
yang lebih penting, bagaimana kita mengisi hari demi hari dalam
kehidupan itu sendiri dengan penuh arti. That's right, Brother?
(180808)

Sumber: Memaknai Hari Ulang Tahun oleh Sonny Wibisono, penulis,
tinggal di Jakarta

The magic instant

The magic instant

We have to take risks. We can only truly understand the miracle of life when we let the unexpected manifest itself.

Every day – together with the sun – God gives us a moment in which it is possible to change everything that makes us unhappy. Every day we try to pretend that we don’t realize that moment, that it doesn’t exist, that today is just the same as yesterday and will be the same as tomorrow. But if you pay attention, you can discover the magic instant. It may be hiding at the moment when we put the key in the door in the morning, in the silence right after dinner, in the thousand and one things that all seem the same to us. This moment exists – a moment when all the strength of the stars passes through us and lets us work miracles.

Happiness is at times a blessing – but usually it’s a conquest. The magic instant helps us to change, drives us forward to seek our dreams. We shall suffer and go through quite a few difficult moments and face many a disappointment – but this is all transitory and inevitable, and eventually we shall feel proud of the marks left behind by the obstacles. In the future we will be able to look back with pride and faith.

Poor are those who are afraid of running risks. Because maybe they are never disappointed, never disillusioned, never suffer like those who have a dream to pursue. But when they look back – for we always look back – they will hear their heart saying: “What did you do with the miracles that God sowed for your days? What did you do with the talent that your Master entrusted to you? You buried it deep in a grave because you were afraid to lose it. So this is your inheritance: the certainty that you have wasted your life.”

Poor are those who hear these words. For then they will believe in miracles, but the magic instants of life will have already passed.

We must listen to the child that we once were, and who still lives within us. This child understands about magic instants. We can muffle his sobbing, but we can’t hush his voice.

If we aren’t reborn, if we don’t see life again with the innocence and enthusiasm of childhood, then there is no more sense to living.

There are many ways to commit suicide. Those who try to kill their body offend God’s law. Those who try to kill their soul also offend God’s law, although their crime is less visible to the eyes of man.

Let us be heedful of what the child within us has to say. Let’s not feel ashamed of it. Let’s not allow it to feel afraid, because it’s lonely and is scarcely ever heard.

Let’s allow the child within us to take the reins of our existence a little. This child says that one day is different from another.

Let’s make the child feel loved again. Let’s please this child – even if it means acting in a way that we’re not used to, even if it seems foolish in the eyes of others.

Remember that the wisdom of men is madness before God. If we listen to the child we bear in our soul, our eyes will shine once more. If we don’t lose contact with this child, we won’t lose contact with life.

Let’s live all the magic instants of 2009!

Love

There is always someone in the world waiting for someone else, whether in the middle of the desert or in the heart of some big city. And when these two people’s paths cross and their eyes meet, the whole of the past and the whole of the future lose all importance, and there only exists that moment and that incredible certainty that everything under the Sun was written by the very same Hand. The Hand that awakens Love and creates a sister soul for everyone who works, rests and seeks treasures under the Sun. Were it not for this, the dreams of the human race would make no sense.

Tuesday, June 23, 2009

melihat lebih dekat

Semalam aku tidak bisa tidur. aku bisa tertidur kira-kira pukul 2.oo dini hari. Penyebabnya adalah anakku tidak mau diajak tidur di dalam kamar tidur. Seperti biasanya dia lebih senang tidur di depan TV.

Semalam aku memperhatikan anakku, khususnya wajahnya, aku kagum ternyata anakku begitu cantik. Sungguh aku tidak menyangka akan mendapatkan anugerah yang begitu besar ini. Rasanya begitu damai melihatnya tidur dengan tenang. Kadang dia menggeliat, memeluk guling, dan memunggungi aku. Kadang dia membalik dan memeluk aku, wajahnya tepat di depan wajahku, sehingga aku bisa merasakan dengus nafasnya dan mataku bisa lekat melihat wajah ayunya. Aku pikir-pikir dan perhatikan mirip siapa ya dia? Kalau matanya lebih mirip aku, dengan bulu mata yang lentik mirip ibuku, kalau mengerutkan dahi tulang dahinya nampak jelas, itu persis aku dan adikku, kalau hidungnya, lebih mirip ibunya, juga bibirnya yang sungguh proporsional, sangat mirip bibir ibunya. Rambutnya sama seperti ibunya, hitam lemas dan agak bergelombang. Kulitnya kuning langsat cenderung coklat, kombinasi antara aku dan ibunya. Suaranya keras seperti eyang putri. Dan suka menyanyi seperti ibu dan bapaknya.

Aku tersenyum sendiri, saat melihatnya tidur dan kupecet ujung hidungnya, tanganya dengan sigap menyapunya, lalu membuka mata, dan kembali tertidur. Dia sudah tinggi, hampir sama dengan guling besar kesukaannya. Di sekitarnya ada 3 boneka kesukaannya, beruang (hadiah oom nya saaat pulang dari Inggris dulu), lalu Panda (hadiah dari Ibunya), dan Anak Angsa (hadiah dari Ibu Baptisnya). 3 boneka itu tak pernah jauh dari dirinya.

Di atas bantalnya, ada buku-buku nyanyian, yang sudah hampir hancur krn setiap hari dipakai untuk menyanyi sambil belajar membaca. Buku-buku itu juga harus ikut tidur dengan dia.

Tangannya memegang kuncirnya, yang selalu dimainkannya sambil minum sebotol susu sebelum tidur, dan kuncir itu menjadi tanda apakah dia sudah tidur atau belum. Kalau dia sudah tidur kelihatan dari tangannya yang memainkan kuncir tidak bergerak lagi.

Aku tersadar, dia lah segalanya... dan semestinya aku fokus pada itu, bukan hal-hal lain, yang hanya menguras rasa...

oh Tuhan... semoga aku bisa mendampinginya selama mungkin... sampai dia dewasa kelak.
so help me God...

In search of the perfect leader

In search of the perfect leader

A reader sends me a questionnaire in which he presents the profile of three world leaders who lived in the same period of history, and asks if it is possible to choose the best one using the following data:

Candidate A was associated with witchdoctors and often consulted astrologists. He had two mistresses. His wife was a Lesbian. He smoked a lot. He drank eight to ten martinis a day.

Candidate B never managed to hold down a job because of his arrogance. He slept the whole morning. He used opium at school, and was always considered a bad student. He drank a glass of brandy every morning.

Candidate C was decorated a hero. A vegetarian, he did not smoke. His discipline was exemplary. He occasionally drank a beer. He stayed with the same woman during his moments of glory and defeat.

And what was the answer?

A] Franklin Delano Roosevelt. B] Winston Churchill. C] Adolf Hitler.

So what then is leadership? The encyclopedia defines it as an individual’s capacity to motivate others to seek the same objective. The bookstores are full of texts on this theme, and the leaders are normally portrayed in brilliant colors, with enviable qualities and supreme ideals. The leader is to society as the “master” is to spirituality. This, however, is not absolutely true (in either case).

Our big problem, especially in a world that is growing more and more fundamentalist, is not allowing people in prominent positions to commit human mistakes. We are always in search of the perfect ruler. We are always looking for a pastor to guide and help us find our way. The truth is that the great revolutions and the progress made by humanity were brought about by people just like us – the only difference being that they had the courage to make a key decision at a crucial moment.

A long time ago, in my unconscious, I changed the word “leader” for the expression “warrior of light”. What is a warrior of light?

Warriors of light keep the spark in their eyes.

They are in the world, are part of other people’s lives, and began their journey without a rucksack and sandals. They are often cowards. They don’t always act right.

Warriors of light suffer over useless things, have some petty attitudes, and at times feel they are incapable of growing. They frequently believe they are unworthy of any blessing or miracle.

Warriors of light are not always sure what they are doing here. Often they stay up all night thinking that their lives have no meaning.

Every warrior of light has felt the fear of joining in battle. Every warrior of light has once lost faith in the future.

Every warrior of light has once trodden a path that was not his. Every warrior of light has once felt that he was not a warrior of light. Every warrior of light has once failed in his spiritual obligations.

That is what makes him a warrior of light; because he has been through all this and has not lost the hope of becoming better than he was.

That is why they are warriors of light. Because they make mistakes. Because they wonder. Because they look for a reason – and they will certainly find one

The second chance

The second chance

The Sybilines, witches capable of foretelling the future, lived in ancient Rome. One fine day one of them appeared at Emperor Tiberius’ palace with nine books; she said that therein lay the future of the Empire, and asked for ten talents of gold for the texts. Tiberius found the price too high and refused to buy them.

The Sybiline left, burned three of the books and returned with the remaining six. "These cost ten talents of gold," she said. Tiberius laughed and told her to leave; how could she have the nerve to sell six books for the same price as nine?

The Sybiline burned another three books and went back to Tiberius with the only three remaining books: "They cost the same ten talents of gold." Intrigued, Tiberius ended up buying the three volumes and could only read a small part of the future.

I was telling this story to Monica, my agent and friend, while we drove to Portugal. When I finished, I realized that we were passing through Ciudad Rodrigo, on the Spanish border. There, four years before, I was offered a book, which I did not buy.

During my first author tour to promote my books in Europe, I had decided to have lunch in that town. Afterwards, I went to visit the cathedral, where I met a priest. “See how the afternoon sun makes everything more beautiful in here,” he said. I liked this comment, we talked a little, and he showed me around the altars, cloisters, and courtyards of the temple. In the end, he offered me a book he had written about the church; but I did not wish to buy it. After I left, I felt guilty; I am a writer, and was in Europe trying to sell my work – why not buy the priest’s book, out of solidarity? But then I completely forgot the episode. Until now.

I stopped the car; it was not by chance that I had remembered the story of the Sybiline books. We walked to the square in front of the church, where a woman was looking up at the sky.

- Good afternoon. – I’ve come to see a priest who wrote a book about this church.

- The priest, whose name was Stanislau, died a year ago – she answered.

I felt deeply saddened. Why had I not given Father Stanislau the same joy I felt whenever I saw someone with one of my books?

- He was one of the kindest men I have ever met – continued the woman.- He came from a humble family, but became a specialist in archeology; he helped my son obtain a college grant.

I told her what I was doing there.

- There’s no need to feel guilty, my son – she said. – Go and visit the cathedral again.

I thought this must be a sign, and did as she said. There was just one priest in the confession booth, awaiting the faithful, although there were none just then. I went over to him; the priest gestured for me to kneel down, but I interrupted him.

- I don’t want to make a confession. I just came to buy a book about this church, written by a man named Stanislau.

The priest’s eyes glinted. He came out of the confession booth and returned a few minutes later with a copy of the book.

- How marvelous of you to have come especially for that! – he said. – I am Father Stanislau’s brother, and this fills me with pride! He must be in heaven, content at seeing his work considered so important!

Among all the priests there, I happened to have run into Stanislau’s brother. I paid for the book, thanked him and he embraced me. Just as I was leaving, I heard his voice.

- See how the afternoon sun makes everything more beautiful in here! – he said.

They were the same words Father Stanislau had spoken to me four years earlier. In life, there is always a second chance

Heaven and Hell

Heaven and hell


A man, his horse and his dog were traveling down a road. When they were passing by a gigantic tree, a bolt of lightning struck and they all fell dead on the spot.

But the man did not realize that he had already left this world, so he went on walking with his two animals; sometimes the dead take time to understand their new condition...

The journey was very long, uphill, the sun was strong and they were covered in sweat and very thirsty. They were desperately in need of water. At a bend in the road they spotted a magnificent gateway, all in marble, which led to a square paved with blocks of gold and with a fountain in the center that spouted forth crystalline water.

The traveler went up to the man guarding the gate.

“Good morning.”

“Good morning,” answered the man.

“What is this beautiful place?”

“This is heaven.”

“How good to have reached heaven, we’re ever so thirsty.”

“You can come in and drink all you want.”

And the guard pointed to the fountain.

“My horse and my dog are thirsty too.”

“So sorry, but animals aren’t allowed in here.”

The man was very disappointed because his thirst was great, but he could not drink alone; he thanked the man and went on his way. After traveling a lot, they arrived exhausted at a farm whose entrance was marked with an old doorway that opened onto a tree-lined dirt road.

A man was lying down in the shadow of one of the trees, his head covered with a hat, perhaps asleep.

“Good morning,” said the traveler.

The man nodded his head.

“We are very thirsty - me, my horse and my dog.”

“There is a spring over in those stones,” said the man, pointing to the spot. “Drink as much as you like.”

The man, the horse and the dog went to the spring and quenched their thirst. Then the traveler went back to thank the man.

“By the way, what’s this place called?”

“Heaven.”

“Heaven? But the guard at the marble gate back there said that was heaven!”

“That’s not heaven, that’s hell.”

The traveler was puzzled.

“You’ve got to stop this! All this false information must cause enormous confusion!”

The man smiled:

“Not at all. As a matter of fact they do us a great favor. Because over there stay all those who are even capable of abandoning their best friends...”

EMAS YANG DIKIRA KUNINGAN

Rekan-rekan Super Members dan Super Fans yang terkasih,
Berikut adalah Golden Moment ketiga yang saya susunkan untuk Anda mengenai kebutuhan kita semua untuk hidup dalam kebaikan yang kita yakini.
Mudah-mudahan sari-sari yang mungkin terkandung di dalamnya, dapat Anda gunakan sebagai pengingat untuk menjadi pribadi yang melakukan yang dikatakannya, dan berkata sesuai dengan yang dilakukannya.
Please kindly enjoy, absorb, and apply.
...........
Sahabat-sahabat saya yang terkasih,
Memang agak mengherankan, tetapi sering kita lihat orang yang menelantarkan sesuatu yang lebih bernilai – seperti kasih sayang dalam keluarga, untuk memburu kesenangan sementara yang tidak memperkuat kehidupan.
Perhatikanlah bahwa orang akan menelantarkan sesuatu yang berkualitas emas, jika dia meyakini bahwa yang dipegangnya adalah perunggu. Dan sebaliknya, dia akan memberhalakan kotoran binatang yang diyakininya memiliki kekuatan untuk memuliakan kehidupannya.
Dan yang sering menyesakkan dada, adalah jika orang lain memperlakukan kita kurang dari yang sebaiknya, hanya karena mereka tidak menyediakan sedikit waktu untuk mengerti niat dan kemampuan baik kita.
Sehingga kita sering berjalan seperti harus berjinjit, bersuara yang harus menarik perhatian, berlaku yang agak lain, dan sering harus tertawa dan memuji yang tidak semestinya agar kita lebih diperhatikan.
Jika hal ini diteruskan, kita bisa kehilangan hormat kepada diri sendiri.
Sekarang,
tolong angkat tangan Anda - jika saat ini, Anda seperti emas yang sedang diperlakukan seperti kuningan.
Berapa banyak pribadi super yang saat ini sedang diterbengkalaikan oleh atasan dan organisasi mereka? Berapa banyak jiwa berkualitas yang saat ini sedang tidak diberikan kesempatan untuk menjadi pribadi yang bercahaya dengan kinerja yang mengagumkan?
Maka berhati-hatilah. Jangan sampai orang lain meyakini bahwa kita tidak memiliki kualitas untuk dipercayakan tugas-tugas yang besar.
Benarnya dan kuatnya keyakinan kita akan menghebatkan kehidupan ini, jika orang lain juga meyakini bahwa kita adalah pribadi yang pantas bagi yang kita yakini.
Janganlah berlama-lama dalam keadaan di mana semua upaya keras Anda adalah meyakinkan orang yang tidak meyakini Anda.
Bekerja keras-lah untuk membuktikan bahwa yang Anda yakini adalah pembaik kehidupan Anda dan kehidupan mereka yang Anda layani.
Janganlah sampai mereka memuji Anda dengan berbunga-bunga, tetapi menyerahkan hanya pekerjaan-pekerjaan kecil kepada Anda.
Sesungguhnya, pribadi yang membuktikan keampuhan dari yang diyakininya, akan mengundang keinginan dari banyak orang untuk juga dimuliakan dengan yang diyakininya.
Maka, janganlah hanya membanggakan yang kita yakini sebagai yang paling benar. Marilah kita bersegera membuktikan bahwa yang kita yakini adalah pencemerlang kehidupan, dengan pertama-tama mencemerlangkan kehidupan kita sendiri.
Dengannya, Anda lah yang akan menjadikan pekerjaan-pekerjaan kecil dijauhkan dari Anda, karena mereka telah ikhlas menerima bahwa Anda pantas bagi penugasan-penugasan besar. Hanya dengannya kita akan diperlakukan dengan nilai dan keindahan yang menjadi kerinduan hati kita.
Maka bersegeralah kembali kepada apa pun pekerjaan Anda sekarang, karena melaluinya-lah Anda akan diberkati pekerjaan yang akan mengutuhkan Anda sebagai pribadi keemasan.
………..
Sahabat-sahabat saya yang terkasih,
begitu dulu ya?
Jika Anda masih tertarik untuk membaca MT Golden Moment berikutnya, MTGM – EMAS YANG DIKIRA KUNINGAN - Part Four (terakhir dalam seri ini), saya mohon Anda berkenan untuk menyampaikannya kepada saya.
Kebaikan yang kita yakini harus menjadi pengindah kehidupan kita. Jika tidak, untuk apakah kita meyakininya?
Sampai nanti ya?
Terima kasih dan salam sayang dari kami untuk keluarga tercinta.
Linna & Mario Teguh
Founders | MTSuperClub | 081-814-2080 | For The Happiness Of Others | Jakarta

bergembira


selalu menyenangkan jika bisa tertawa sebagai ungkapan kebahagiaan. Hari ini aku bisa tertawa dan terpingkal-pingkal bersama mbakyu dan temanku. Sungguh membahagiakan. Kadang kita terlalu mempersulit diri dalam mencari kebahagiaan. Karena ternyata kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri, dia hanya sejauh senyuman dan tawa riang.


Monday, June 22, 2009

AJARAN SOSIAL GEREJA

AJARAN SOSIAL GEREJA

PENGERTIAN

- Doktrin mengenai hal-hal yang terkait dengan kesejahteraan kolektif manusia.

- Dasarnya ditegaskan oleh Leo XIII (1891): Rerum Novarum.

- Benediktus XVI: memurnikan akal-budi dan membantu penertian dan pencapaian apa yang disebut just (adil).

- Yohanes Paulus II: tiga prinsip: martabat, solidaritas, subsidiaritas.

- PL dan PB menegaskan perhatian kepada yang kecil, miskin, dan lemah (Yesus berkata, “Apa yang kamu lakukan …”).

- Berbeda dengan liberalisme, komunisme, konservatisme, sosialisme, kapitalisme, nazisme …

TIGA PRINSIP

  1. MARTABAT MANUSIA

- pandangan yang benar mengenai pribadi

- manusia itu citra Allah (bukan sesuatu tetapi seorang)

- memiliki akal-budi dan kehendak bebas

- berkemampuan mengenal diri, orang lain, semesta, dan Allah, serta mencintai atau mengikatkan diri.

  1. SOLIDARITAS

- bukan perasaan kasih yang kabur atau kesedihan yang dangkal atas nasib buruk orang lain

- Yohanes Paulus: commitment yang konsisten untuk kebaikan bersama.

- Secara kolektif dan individual.

  1. SUBSIDIARITAS

- Tidak usah menarik dari individu.

- Tidak pula menunggu commitment komunitas.

- Memenuhi kebutuhan sendiri.

TUJUH TEMA POKOK

  1. KEKUDUSAN HIDUP MANUSIA DAN MARTABAT PRIBADI

- Hidup itu dari saat pembuahan sampai kematian

- Menentang aborsi, etanasia, pembunuhan, pencederaan

- Melawan terorisme, hukuman mati

- Melawan rasisme, diskriminasi

  1. PANGGILAN KEDALAM KELUARGA, KOMUNITAS, DAN PARTISIPASI

- dasarnya: penciptaan Adam …

- penghargaan terhadap perkawinan dan keluarga

-

  1. HAK DAN TANGGUNGJAWAB

- Untuk hidup pantas

- Akan pekerjaan,

- Akan pelayanan ….

  1. PEMIHAKAN TERHADAP YANG MISKIN DAN TERLUKA

- Terhadap yang kecil, lemah, dan miskin

- Yang terkena, terluka, menjadi kurban

- Benediktus XVI: janda, yatim, yang terpinggirkan

  1. MARTABAT PEKERJAAN DAN HAK PEKERJA

- Pelayan manusia

- Memuliakan manusia

- Penghargaan terhadap yang sederhana dan sehari-hari

  1. SOLIDARITAS

- Arah kepada syukur, pengampunan, rekonsiliasi

- Semua adalah saudara-saudari

- Upaya perbaikan struktur kemasyarakatan di mana-mana (global)

  1. KEPEDULIAN TERHADAP CIPTAAN TUHAN

- Sikap stewardship

- Bukan eksploitasi tapi pemeliharaan

- Jangan mengurbankan orang tak berdaya demi kepentingan sendiri

DUNIA INI TIDAK ADIL, TETAPI MASIH BISA NEGOSIASI

Mario Teguh Golden Ways

DUNIA INI TIDAK ADIL, TETAPI MASIH BISA NEGOSIASI.

………..

Mohon Anda perhatikan, bahwa:

Kita sering mengeluhkan ketidak-adilan dunia, tanpa menyadari bahwa kita sebetulnya masih bisa bernegosiasi untuk mencapai yang telah lama menjadi hak kelahiran kita.

Sebetulnya kita tidak memerlukan penggantian keadaan atau karir untuk mencapai hasil yang lebih baik, jika kita bersedia menjadikan diri kita pribadi yang mudah disetujui.

Cara paling sederhana untuk memperbaiki tingkat hasil dalam kehidupan kita adalah dengan memperbaiki cara kita berbicara dengan orang lain.

Tanpa disadari, banyak orang berbicara dengan cara-cara yang justru membuat orang lain meragukan apa pun yang sedang diajukan atau dijualnya. Dan bahkan, tidak sedikit orang yang berbicara - justru dengan cara yang ‘menganjurkan’ orang lain untuk menolak dirinya sendiri.

Maka anjurannya kepada kita adalah:

Berbicaralah dengan santun, tidak perlu keras, dan pastikan jelas. Suara yang lembut dengan argumentasi yang kuat, akan terdengar ribuan kilometer jauhnya.

………..

Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya,

Mudah-mudahan rekan-rekan menikmati MTGW dengan format skill-targeted, yang masih akan kita lanjutkan dengan topik-topik praktis yang penting bagi keefektifan kita sebagai insan ekonomi dan sosial.

Kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan berlaku ramah dan setia kepada Anda yang berpribadi mudah disetujui.

Begitu dulu ya?

Terima kasih dan salam super,

Mario Teguh
Founder | MTSuperClub | 081-814-2080 | For The Happiness Of Others | Jakarta

Injil Minggu Biasa XIIIB 28 Juni 2009 (Mrk 5:21-43)


Injil Minggu Biasa XIIIB 28 Juni 2009 (Mrk 5:21-43)

DAHSYATNYA BERHARAP

Rekan-rekan yang baik!

Kali ini ada kisah mukjizat yang unik susunannya. Kisah mengharukan mengenai kesembuhan seorang perempuan dari sakit pendarahan (Mrk 5:25-34) terbingkai di dalam kisah Yesus menghidupkan kembali anak perempuan Yairus (Mrk 5:21-24, 35-43). Kedua peristiwa itu terjalin satu sama lain lewat harapan yang kuat dan penuh kepercayaan dari orang-orang yang mendekat kepada Yesus, baik Yairus maupun perempuan tadi. Kekuatan penyembuh dalam diri Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu.

MENGHIDUPKAN HARAPAN

Ketika Yesus kembali dari seberang danau dengan perahu, orang banyak datang berbondong-bondong mengerumuninya. Mereka ingin mendengarkan pengajarannya. Seperti biasa, orang-orang itu juga memintanya menyembuhkan orang sakit. Seorang di antara mereka bernama Yairus, kepala rumah ibadat. Orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang ini datang ke hadapan Yesus dan bersujud. Ini tindakan penghormatan yang luar biasa, apalagi bila dilakukan oleh seorang kepala rumah ibadat. Dimintanya dengan sangat agar Yesus datang menumpangkan tangan pada anak perempuannya yang sedang sakit, katanya, "agar selamat" dan "tetap hidup". Permintaan ini mengungkapkan harapan yang amat besar pada Yesus. Boleh diduga, sudah macam-macam upaya dijalankannya tetapi tanpa hasil. Kini ia amat khawatir anak perempuannya itu tidak bakal sembuh. Tidak diceritakan apa jawaban Yesus. Hanya disebutkan bahwa ia pergi bersama Yairus diikuti orang banyak yang berdesak-desakan. Markus kiranya hendak mengungkapkan betapa besarnya harapan Yairus dan rasa ingin tahu orang banyak itu. Apa yang bakal dilakukan Yesus? Dapatkah ia menyembuhkan seperti biasa? Sampai saat ini memang belum ditampilkan perkataan Yesus sendiri.

Di antara kerumunan itu ada seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan. Semacam haid yang berkepanjangan dan tak teratur. Ada hal penting yang jelas bagi pembaca waktu itu walaupun tidak dituliskan dalam kisah ini. Menurut hukum agama Yahudi, perempuan dalam keadaan ini dianggap menajiskan tempat yang dipakainya berbaring atau tikar tempat duduknya. Juga siapa saja, laki atau perempuan, yang bersentuhan dengan barang-barang tadi akan ikut najis. Mereka harus menjalankan upacara pembersihan diri. Lihat peraturan yang terperinci dalam Im 15:25-30. Jadi perempuan itu harus disingkiri dan dijauhi. Boleh jadi juga ia sendiri memisahkan diri. Hidupnya terkucil. Ia sudah menerima nasib. Putus asa. Tak ada tabib yang bisa menyembuhkannya dan uangnya sudah habis dipakai berobat. Tapi kali ini ada sesuatu yang lain. Banyak telah didengarnya mengenai Yesus.

Hanya Markuslah yang menuliskan hal ini, seakan-akan ia dapat menyelami batin perempuan itu. Dan kita diajak ikut merasakan yang dirasakan Markus. Matius dan Lukas tidak merasa perlu memasuki batin perempuan itu. Perempuan tadi datang mendekat kepada Yesus, kendati ada orang banyak yang dalam keadaan biasa tentu menjauhi dan dijauhi perempuan itu. Kabar tentang Yesus yang sampai ke telinganya ternyata menghidupkan kembali harapan yang sudah berangsur-angsur pudar dan mati. Perempuan itu menemukan keberanian mendekat ke tokoh tenar dan penyembuh hebat ini. Ia juga tidak membiarkan diri terhalang oleh rambu-rambu yang telah menyingkirkan dirinya.

MENYENTUH JUBAH

Maka kata perempuan tadi dalam hati, "Asal kusentuh saja jubahnya, aku akan sembuh!" Dan terjadilah demikian. Menarik diamati, dalam kisah ini, peristiwa menyentuh jubah itulah yang membuat Yesus mulai berbicara, "Siapa menyentuh jubahku?" Pertanyaan aneh. Juga bagi orang zaman itu. Karena itulah murid-murid menyahut, lihat sendiri, kan ada banyak orang berdesak-desakan, kok bertanya siapa menyenggol jubah segala! Gimana sih Bapak Guru ini. Tetapi tidak aneh bagi Yesus - ia merasa ada kekuatan dari dirinya tertarik keluar.

Pakaian yang paling luar, jubah, memberi bentuk pada orang yang memakainya. Bagi orang zaman itu, pakaian membuat orang yang memakainya bisa dikenal secara khusus. Motif seperti ini sering dijumpai: di sebuah gunung nanti pakaian Yesus jadi putih berkilauan, di bawah salib nanti pakaian luarnya diundi, di kubur nanti ada sosok yang berpakaian jubah putih - dan juga kisah penuh tanda tanya mengenai pemuda yang akan ikut ditangkap di Getsemani tapi berhasil meloloskan diri dengan melepaskan pakaiannya yang hanya sehelai itu. Ia tidak lagi dikenali karena tak berpakaian lagi. Dalam peristiwa kali ini, perempuan yang sakit pendarahan tadi melihat Yesus yang sudah banyak didengarnya itu dengan mata kepala sendiri dan mengenali siapa dia: tumpuan harapan satu-satunya. Dan sisi Yesus yang dikenalinya itulah yang disentuhnya. Dan ada kekuatan yang keluar daripadanya yang mengubah keadaannya.

Setelah mendengar reaksi Yesus, perempuan itu menjadi takut dan gemetar, lalu bersujud kepada Yesus. Ini pengakuan akan siapa Yesus itu. Tetapi apa yang dikatakan Yesus kepadanya? Sapaannya penuh perhatian, "Nak, imanmu telah menyelamatkanmu. Bukan hanya kesembuhan dari pendarahan belaka diperoleh oleh perempuan itu. Berita tentang dia yang telah banyak didengar, itulah yang menyelamatkannya dari apatisme dan keputusasaan serta pengucilan diri dari masyarakat. Yesus masih menambahkan, "Pergilah dengan damai dan tetaplah sembuh dari penyakitmu!" Harapan sembuh dari penyakit yang diidap 12 tahun itu menjadi kenyataan dan bukan hanya itu, ia mendapat tambahan lebih besar lagi, bisa hidup damai dengan diri sendiri dan dengan orang lain, dan akan tetap begitu. Inilah yang didapat oleh perempuan yang mengenali siapa Yesus itu dan berani mendekat kepadanya. Keluguan dan keberanian perempuan seperti itu masih bisa dijumpai kini juga dan perlu lebih diakui.

TERUS PERCAYA!

Pada saat itu beberapa orang dari keluarga Yairus datang dan mengatakan bahwa anak perempuannya sudah mati. Tak perlu lagi merepotkan sang Guru. Mereka tidak melihat siapa dia sesungguhnya. Memang ia bisa menyembuhkan, tapi menghidupkan yang sudah mati? Mana bisa. Tak usah saling mempermalukan nanti. Begitulah jalan pikiran mereka. Pembaca bagaimana? Kisah penyembuhan perempuan berpendarahan tadi membuat pembaca tahu bahwa Yesus dapat menghidupkan harapan yang sudah mati. Memang Markus bermaksud membuat pembaca melihat perkara ini sambil mengikuti jalan peristiwa yang dituturkannya.

Pembaca boleh ikut merasakan yang dialami Yairus. Nasi sudah jadi bubur! Apa permintaannya menumpangkan tangan dan menyembuhkan anaknya masih ada artinya? Tetapi Yesus berkata kepadanya, "Jangan takut, percaya saja!" Dan ia berjalan ke rumahnya untuk menemui anak perempuannya. Dalam Injil, "jangan takut" dipakai untuk mengisyaratkan kekuasaan ilahi. Dan ditambahkannya "percaya saja!". Bila teks aslinya diikuti, maka perlu diterjemahkan "Terus percaya saja!" (Lukas memakai bentuk yang bisa diterjemahkan "Percayalah saja!", tapi ia juga menambahkan, "maka ia akan diselamatkan!" Luk 8:50).

Orang-orang mulai menertawakan Yesus ketika ia berkata bahwa anak perempuan itu hanya tidur, tidak mati, maka tak usahlah ribut-ribut menangisinya. Mereka tak bisa percaya. Apa sebetulnya yang terjadi? Apakah Yesus yakin anak itu tidur. Tidak usah kita menduga-duga. Baginya hidup atau mati itu urusan yang di atas sana.. Nanti, seperti dikisahkan dalam Injil Yohanes, ia memanggil keluar Lazarus yang sudah empat hari mati. Baik anak perempuan tadi maupun Lazarus memang sudah mati, tetapi kematian pun kiranya tidak dapat bertahan di hadapan Yesus. Inilah yang ditampilkan bagi kita.

Hanya Markuslah yang menyebut anak itu berusia 12 tahun. Pembaca diingatkan bahwa perempuan yang sakit pendarahan itu telah menderita 12 tahun juga sebelum berjumpa dengan sang pemberi kehidupan baru. Tapi ada juga alasan lain. Pada usia itu seorang anak mulai menjadi dewasa menurut hukum Taurat. Hingga umur ini seorang anak ada di bawah pengajaran bapaknya, yakni Yairus. Pada umur 12 seorang anak akan diserahkan kepada Taurat sendiri. Di dalam kisah ini anak perempuan itu dipanggil bangun oleh sang Taurat yang hidup. Dalam kisah ini anak itu tidak menjawab dengan kata-kata. Ia mendengar. Dan yang didengarnya pertama kali dari Taurat hidup ini ialah panggilan penuh perhatian "Talita", artinya domba betina yang masih kecil, tapi dalam bahasa Aram juga dipakai untuk menyapa anak perempuan, seperti "Nak!". Kemudian didengarnya pula perintah "Kum" (=Bangunlah!) dari dia yang menyapa dengan penuh perhatian tadi. Dan anak perempuan Yairus itu menurut. Ia hidup kembali.

Ketiga murid terdekat, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes, ikut menyaksikan bagaimana kematian pun tidak bisa bertahan di hadapan perkataan dia yang membawakan kehidupan baru ini. Mereka melihat sendiri bagaimana harapan dan kepercayaan Yairus menjadi hidup dalam diri anak perempuannya. Dan inilah yang dibagikan tokoh-tokoh yang paling berwibawa itu kepada kita semua lewat Markus dalam Injil hari ini.

Pada awal ulasan disebutkan Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu. Dan yang diberikannya kepada mereka ialah perhatian yang nyata. Ini kasih. Dan inilah yang menyembuhkan, yang menghidupkan. Itulah dahsyatnya berharap padanya. Di situlah letak mukjizatnya.

Salam hangat,
A. Gianto

menunggu tanggal 28

kalau Tuhan masih berkenan, aku tanggal 28 nanti akan berusia tiga puluh empat tahun. 33 tahun sudah lewat. Di usia yang sama, 33 tahun, Yesus wafat di kayu Salib. Yesus di masa usianya yang 33 tahun itu telah berbuat banyak pada dunia, pada manusia, Aku bertanya pada diriku sendiri apakah yang telah aku buat selama 33 tahun yang telah hampir lewat ini.

Sampai menjelang 33 tahun ini rasanya aku masih terombang-ambing dalam menemukan diriku sendiri. Kadang terasa ketegangan dalam diri atas peran-peran yang aku sandang sejauh ini. Peran sebagai suami, sebagai ayah, sebagai karyawan, sebagai dosen pengajar, sebagai warga negara, sebagai warga Gereja...

Sederhananya, ketika aku berperan sebagai ayah aku masih juga menginginkan suasana dan situasi ketika masih lajang, maka timbul ketegangan....

mungkin aku terlalu banyak berpikir dan merenungkan perjalanan hidup ini. Apakah seharusnya aku menjalani saja, tanpa banyak berpikir....

aku ingin hidup ini tidak lewat - mengalir begitu saja - namun aku bisa menikmati dan menemukan makna-makna yang digelar oleh Sang Pemberi hidup itu.


untuk kesekian kali

untuk kesekian kali.... menulis sebagai catatan perjalanan hidup menuju pada keabadiaan...