Semalam aku tidak bisa tidur. aku bisa tertidur kira-kira pukul 2.oo dini hari. Penyebabnya adalah anakku tidak mau diajak tidur di dalam kamar tidur. Seperti biasanya dia lebih senang tidur di depan TV.
Semalam aku memperhatikan anakku, khususnya wajahnya, aku kagum ternyata anakku begitu cantik. Sungguh aku tidak menyangka akan mendapatkan anugerah yang begitu besar ini. Rasanya begitu damai melihatnya tidur dengan tenang. Kadang dia menggeliat, memeluk guling, dan memunggungi aku. Kadang dia membalik dan memeluk aku, wajahnya tepat di depan wajahku, sehingga aku bisa merasakan dengus nafasnya dan mataku bisa lekat melihat wajah ayunya. Aku pikir-pikir dan perhatikan mirip siapa ya dia? Kalau matanya lebih mirip aku, dengan bulu mata yang lentik mirip ibuku, kalau mengerutkan dahi tulang dahinya nampak jelas, itu persis aku dan adikku, kalau hidungnya, lebih mirip ibunya, juga bibirnya yang sungguh proporsional, sangat mirip bibir ibunya. Rambutnya sama seperti ibunya, hitam lemas dan agak bergelombang. Kulitnya kuning langsat cenderung coklat, kombinasi antara aku dan ibunya. Suaranya keras seperti eyang putri. Dan suka menyanyi seperti ibu dan bapaknya.
Aku tersenyum sendiri, saat melihatnya tidur dan kupecet ujung hidungnya, tanganya dengan sigap menyapunya, lalu membuka mata, dan kembali tertidur. Dia sudah tinggi, hampir sama dengan guling besar kesukaannya. Di sekitarnya ada 3 boneka kesukaannya, beruang (hadiah oom nya saaat pulang dari Inggris dulu), lalu Panda (hadiah dari Ibunya), dan Anak Angsa (hadiah dari Ibu Baptisnya). 3 boneka itu tak pernah jauh dari dirinya.
Di atas bantalnya, ada buku-buku nyanyian, yang sudah hampir hancur krn setiap hari dipakai untuk menyanyi sambil belajar membaca. Buku-buku itu juga harus ikut tidur dengan dia.
Tangannya memegang kuncirnya, yang selalu dimainkannya sambil minum sebotol susu sebelum tidur, dan kuncir itu menjadi tanda apakah dia sudah tidur atau belum. Kalau dia sudah tidur kelihatan dari tangannya yang memainkan kuncir tidak bergerak lagi.
Aku tersadar, dia lah segalanya... dan semestinya aku fokus pada itu, bukan hal-hal lain, yang hanya menguras rasa...
oh Tuhan... semoga aku bisa mendampinginya selama mungkin... sampai dia dewasa kelak.
so help me God...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment